Misteri Kota Gaib Uwentira di Donggala, Sulawesi Tengah

Oleh: Dr. H. Suaib Djafar, M.Si / Filsuf Kaili / Budayawan Sulteng

Dr. H. Suaib Djafar, M.Si

UWENTIRA, sebuah nama yang sarat akan mitos dan misteri, dikenal sebagai kota gaib oleh masyarakat di Sulawesi Tengah. Terletak di Kabupaten Donggala, kisah Uwentira diwariskan secara turun-temurun, membentuk bagian dari folklore masyarakat Kaili dan sekitarnya.

Legenda Awal Mula Uwentira

Menurut cerita rakyat, wilayah Palu dan sekitarnya dahulu adalah bagian dari dasar laut. Suatu ketika, di daerah Nupabomba, Kecamatan Tavaili, muncul seorang ibu bersama bayi mungil yang cantik. Ia meletakkan bayinya di atas batu di tengah hutan belantara, lalu kembali ke dasar laut. Kepergiannya yang tergesa-gesa meninggalkan tanda tanya besar.

Bayi itu, dengan keajaiban yang sulit dijelaskan, tumbuh dengan sangat cepat. Dalam waktu singkat, ia berubah menjadi seorang perempuan dewasa yang cantik. Ia tinggal sendiri di hutan yang disebut Uwentira, di mana makanan dan buah-buahan tersedia secara ajaib.

Di sisi lain hutan, seorang lelaki pemburu tiba-tiba bertemu dengan perempuan itu. Dengan penuh kehati-hatian, lelaki itu mendekati dan menyapa perempuan yang berambut panjang dan mengenakan baju kuning. Setelah berkenalan, perempuan itu mengajak lelaki tersebut ke tempat tinggalnya, namun dengan satu syarat: lelaki itu harus memilih antara dua jenis makanan, yaitu paipulu putih (ketan putih) atau paipulu kuni (ketan kuning).

Lelaki itu memilih paipulu kuni. Tak lama kemudian, hanya dengan beberapa langkah, mereka tiba di pintu gerbang istana Kota Uwentira yang megah. Lelaki itu akhirnya mempersunting perempuan tersebut dan hidup bersama di kota gaib tersebut.

Uwentira: Kota Gaib yang Penuh Misteri

Konon, Uwentira adalah kota tak kasat mata yang dipercaya berada di antara Donggala dan Parigi Moutong. Banyak yang meyakini bahwa kota ini dihuni oleh makhluk halus atau jin. Pada hari-hari tertentu, masyarakat melaporkan mendengar suara riuh seperti pesta atau melihat cahaya misterius dari arah hutan.

Tradisi lokal menyarankan para pengendara yang melintasi wilayah tersebut untuk membunyikan klakson sebagai tanda permisi. Hal ini diyakini sebagai bentuk penghormatan kepada penghuni gaib Uwentira, sehingga perjalanan mereka tetap aman.

Pesan Moral dan Kearifan Lokal

Kisah Uwentira mengandung pesan moral yang mendalam. Pertama, pentingnya menghormati semua ciptaan Tuhan, baik yang terlihat maupun tidak terlihat. Kedua, menjaga kelestarian hutan sebagai sumber kehidupan dan harmoni bagi alam semesta.

Masyarakat Kaili telah lama menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal, seperti menjaga tutur kata, sikap ramah, serta saling menghargai. Prinsip ini menciptakan kehidupan yang damai dan sejahtera, harmonis dengan alam dan sesama makhluk hidup.

Keanehan saat Shooting Film Uwentira

Terjadi sejumlah keanehan saat Shooting Film Uwentira. Seperti yang diceritakan kru bahwa saat naik ke puncak uwentira, tim ada sekitar 6 orang, akan tetapi begitu sampai di kaki gunung uwentira. Tiba-tiba menjadi 7 orang, karena ada satu orang pemuda yang datang dan mengatakan kalau dia disuruh untuk mengawal tim sampai ke kuburan 3. Sampai di sana, tim mulai shooting dan banyak suara suara yang bermunculan, seperti terompet kapal, burung yang besar sekali melebihi elang. Setelah selesai shooting, tim pulang dan saling bertanya. Siapa pemuda tadi itu. Semua tim kaget, karena tidak ada satu pun yang kenal. Setelah dari situ mulai tampak keganjilan-keganjilan, seperti wajah sutradara berubah selama 3 hari, tv menyala sendiri, kran air menyala sendiri, dan gagang pintu di buka, pas di lihat tidak ada orang.

Keganjilan lainnya saat shooting di daerah tambing, sutradara kayak kemasukan. Dan Banyak keanehan-keanehan yang terjadi lainnya, seperti sutradara melihat langsung kota di Danau tambing yang masih berhubungan dengan uwentira. Adapula keganjilan-keganjilan dimana teman yang terkunci dalam kamar mandi, sedangkan pintu kamar dikunci dari dalam, terpaksa tim rusak pintunya kamar dan membuka pintu kamar mandi yang terkunci tersebut.

Kesimpulan

Uwentira bukan sekadar mitos, tetapi juga bagian dari identitas budaya masyarakat Sulawesi Tengah. Cerita ini mengajarkan kita untuk menghormati alam, memelihara hubungan yang baik dengan sesama, serta menjaga warisan leluhur. Dalam dunia modern sekalipun, legenda seperti Uwentira mengingatkan kita akan pentingnya menjaga nilai-nilai kearifan lokal.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *