WARISAN Syukur dan Tolak Bala di Awal Tahun Hijriah: Tradisi Turun-Temurun Masyarakat Desa Tovale, Donggala.
Setiap datangnya Tahun Baru Islam (1 Muharram), masyarakat Desa Tovale, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, secara turun-temurun melaksanakan sebuah upacara adat yang sakral dan penuh makna: Upacara Modiu Bulavampongeo.
Tradisi ini tidak hanya menjadi momen spiritual dan budaya, tetapi juga menjadi wujud syukur atas karunia Allah SWT serta sebagai bentuk tolak bala dan harapan akan keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan bersama.
Makna dan Tujuan Upacara
“Modiu Bulavampongeo” secara harfiah dapat dimaknai sebagai ritual penyucian dan penguatan spiritual masyarakat. Upacara ini menjadi media kolektif bagi masyarakat Tovale untuk menyambut tahun baru dengan hati yang bersih, jiwa yang tenang, dan harapan yang besar akan datangnya berkah dan keberkahan.
Selain sebagai bentuk syukur, ritual ini juga dimaknai sebagai tolak bala, yakni permohonan kepada Tuhan agar desa dijauhkan dari segala marabahaya, penyakit, bencana alam, dan perselisihan antarwarga.
Prosesi Pengambilan Air dari Empat Sumber Suci
Salah satu inti dari Upacara Modiu Bulavampongeo adalah pengambilan air suci dari empat sumber alami, yang masing-masing memiliki simbolisme tersendiri:
1. Sumber Air Bulu Lino – Melambangkan Keamanan dan Ketahanan Jiwa dan sumber kehidupan dari tanah yang subur.
2. Uvempoghano Tidak pernah kering walau kemarau, Sebagai kebutuhan Vital Masyarakat dan Mewakili kekuatan, spiritual yang memelihara jiwa dan hati.
3. Uventumbu (Air yang terpercik ,tumbuh dari dalam tanah,) Sumber Kehidupan Utk bertani dan daya juang masyarakat Untuk meraih kebaikan
4. Pertemuan Air Tawar dan Air Laut (di pesisir Tovale) – Simbol harmoni antara dua unsur besar: darat dan laut, atau alam dan manusia.
Air dari keempat sumber ini kemudian disatukan dalam satu wadah suci, sebagai lambang kesatuan kekuatan alam, manusia, dan doa.
Pelibatan Tokoh Adat, Agama, dan Pemerintah
Keistimewaan upacara ini juga terletak pada sinergi antara tokoh adat, tokoh agama, dan pemerintah desa maupun daerah. Tokoh adat memimpin prosesi ritual dengan penuh hikmat dan kearifan lokal. Tokoh agama membacakan doa-doa keselamatan dan harapan di tahun baru Hijriah. Sementara pihak pemerintah hadir sebagai bentuk dukungan terhadap pelestarian budaya lokal dan penguatan identitas masyarakat.
Kolaborasi ini mencerminkan nilai luhur masyarakat Tovale yang menjunjung tinggi kebersamaan, gotong royong, dan keharmonisan antara struktur sosial adat, agama, dan pemerintahan.
Simbol Kebersamaan dan Harapan Kolektif
Setelah rangkaian ritual selesai, masyarakat bersama-sama mengikuti acara siraman simbolik dan doa bersama, sebagai pertanda penyucian diri secara spiritual dan sosial. Anak-anak, orang tua, hingga lansia ikut ambil bagian dalam prosesi ini. Ini adalah bentuk nyata bahwa Modiu Bulavampongeo adalah ritual milik bersama, yang menyatukan generasi dan memperkuat akar budaya.
Penutup
Upacara Adat Modiu Bulavampongeo adalah bukti nyata bahwa tradisi bukanlah beban masa lalu, melainkan jembatan spiritual dan sosial yang relevan untuk masa kini dan masa depan. Di tengah arus modernisasi, tradisi ini tetap berdiri kokoh sebagai pilar identitas, harapan, dan kekuatan moral masyarakat Tovale.
Dengan melestarikan Modiu Bulavampongeo, masyarakat Tovale tidak hanya menjaga warisan leluhur, tetapi juga merawat nilai-nilai luhur tentang syukur, tolak bala, persatuan, dan kesejahteraan bersama.(*)