Pendahuluan
SETIAP komunitas etnik di Nusantara memiliki ungkapan-ungkapan bijak yang lahir dari pengalaman hidup, adat istiadat, dan nilai-nilai moral yang diwariskan turun-temurun.
Suku Kaili di Sulawesi Tengah pun tidak terkecuali. Melalui bahasa dan peribahasa adat, masyarakat Kaili menanamkan ajaran tentang kepedulian, kebersamaan, dan solidaritas sosial.
Ungkapan bijak seperti Tokaili Nosipeili (saling peduli), Aneribavona Petiro Riambena (kalau di atas ingat yang di bawah), dan Ane Nadungga Bangutaka (kalau jatuh diangkat) merupakan cermin dari filosofi hidup masyarakat Kaili yang menekankan pentingnya hubungan harmonis antar sesama.
Makna Ungkapan Bijak Kaili
1. Tokaili Nosipeili (Saling Peduli)
Ungkapan ini menekankan pentingnya rasa kepedulian antar individu. Bagi masyarakat Kaili, kepedulian tidak terbatas pada keluarga inti, tetapi juga meluas kepada tetangga, kerabat, bahkan orang asing. Nilai ini sejalan dengan prinsip kekeluargaan dalam budaya Kaili, di mana hubungan sosial dianggap sebagai jaringan yang saling menopang.
2. Aneribavona Petiro Riambena (Kalau di atas ingat yang di bawah)
Falsafah ini menekankan pentingnya rendah hati dan tanggung jawab sosial ketika seseorang berada dalam posisi tinggi, baik dari segi ekonomi, jabatan, maupun pengetahuan. Orang yang berada di “atas” diingatkan agar tidak melupakan mereka yang berada di “bawah.” Dengan demikian, tercipta keseimbangan sosial, keadilan, dan solidaritas.
3. Ane Nadungga Bangutaka (Kalau jatuh diangkat)
Ungkapan ini mencerminkan nilai tolong-menolong. Dalam kehidupan, setiap manusia pasti menghadapi kesulitan. Filosofi ini mengajarkan bahwa ketika seseorang mengalami musibah atau jatuh dalam kehidupan, masyarakat di sekitarnya berkewajiban untuk membantu dan mengangkatnya kembali. Nilai ini sangat relevan dengan ajaran agama maupun pesan orang tua yang selalu menekankan pentingnya berbuat baik kepada sesama.
Relevansi dalam Kehidupan Modern
Di tengah arus globalisasi yang seringkali menimbulkan individualisme, falsafah hidup masyarakat Kaili ini memiliki relevansi yang sangat kuat. Sifat peduli, rendah hati, dan tolong-menolong menjadi kunci untuk menjaga keharmonisan sosial. Ungkapan-ungkapan bijak tersebut juga mengandung pesan moral universal yang sejalan dengan ajaran agama: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya.”
Kesimpulan
Ungkapan bijak masyarakat Kaili tidak hanya sekadar kata-kata, tetapi merupakan pedoman hidup yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari. Tokaili Nosipeili, Aneribavona Petiro Riambena, dan Ane Nadungga Bangutaka adalah warisan kearifan lokal yang mengajarkan kepedulian, keadilan sosial, dan solidaritas. Nilai-nilai ini perlu terus dilestarikan dan diamalkan agar dapat menjadi fondasi dalam membangun masyarakat yang harmonis, beradab, dan saling menopang di tengah perubahan zaman.(*)