Kana Mainga Ala Nemaonga

Oleh: Dr. H. Suaib Djafar, M.Si / Filsuf Kaili / Budayawan Sulteng

KANA Mainga Ala Nemaonga: Petuah Bijak dari Tanah Kaili untuk Menjaga Keseimbangan Hidup. Dalam kebudayaan masyarakat Kaili di Sulawesi Tengah, terdapat banyak ungkapan kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun, baik melalui cerita, petuah lisan, maupun praktik adat. Salah satu ungkapan yang kaya akan makna adalah “Kana Mainga Ala Nemaonga”, yang berarti “Berhati-hatilah agar tidak tenggelam.” Meskipun terdengar sederhana, ungkapan ini mengandung nasihat mendalam tentang pentingnya kehati-hatian dan kewaspadaan dalam menjalani hidup.

Makna Simbolik dan Filosofis

Secara harfiah, ungkapan ini menyarankan seseorang untuk tidak ceroboh, agar tidak mengalami sesuatu yang fatal, seperti tenggelam di air. Namun dalam praktiknya, “tenggelam” di sini memiliki makna yang lebih luas dan simbolik: tenggelam dalam persoalan hidup, konflik sosial, keputusan yang salah, atau bahkan dalam hawa nafsu dan keserakahan.

Kana Mainga (waspada, hati-hati) adalah seruan untuk berpikir matang sebelum bertindak. Ini mencakup kehati-hatian dalam berbicara, bertindak, mengambil keputusan, maupun dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Sedangkan Ala Nemaonga adalah pengingat bahwa setiap kelengahan dapat membawa konsekuensi serius yang bisa “menenggelamkan” seseorang secara moral, sosial, maupun emosional.

Relevansi dalam Kehidupan Modern

Di tengah derasnya arus perubahan sosial dan budaya, nasihat ini tetap relevan dan bahkan semakin penting. Masyarakat masa kini dihadapkan pada tantangan kompleks: informasi yang melimpah, tekanan ekonomi, persaingan hidup, dan godaan materialisme. Dalam situasi seperti ini, kehati-hatian menjadi tameng yang sangat dibutuhkan untuk menjaga diri tetap pada jalur yang benar.

“Kana Mainga Ala Nemaonga” menjadi panduan moral untuk membentuk karakter yang bijaksana, tidak terburu-buru, tidak mudah percaya pada hal-hal yang menyesatkan, dan tidak cepat tergoda oleh keuntungan sesaat. Ia mengajarkan pentingnya menimbang untung-rugi, berpikir jauh ke depan, serta menjaga keseimbangan antara keinginan dan kewajiban.

Nilai Adat dan Kearifan Lokal

Dalam konteks adat istiadat Kaili, ungkapan ini juga digunakan sebagai peringatan dalam musyawarah adat, penyelesaian konflik, atau dalam memberi nasihat kepada anak-anak muda. Nilai ini membentuk budaya kehati-hatian dan kontrol diri dalam masyarakat, serta menciptakan tatanan sosial yang harmonis dan saling menghormati.

Lebih jauh lagi, nilai ini bisa dijadikan sebagai pondasi dalam membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga arif dalam bersikap. Pendidikan karakter yang berbasis kearifan lokal seperti ini sangat penting dalam memperkuat jati diri masyarakat dan menciptakan masa depan yang lebih beradab.

Penutup

Ungkapan “Kana Mainga Ala Nemaonga” bukan sekadar petuah lama, melainkan warisan budaya yang memiliki makna universal. Ia adalah refleksi dari pandangan hidup orang Kaili yang menghargai keseimbangan, kehati-hatian, dan tanggung jawab atas setiap tindakan. Di tengah modernitas yang serba cepat, petuah ini mengingatkan kita untuk tetap berpijak pada nilai-nilai kebijaksanaan yang telah teruji oleh waktu.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *