Suaib Djafar bersama Sitti Norma Mardjanu, berdiskusi dengan Pejabat Kemendes RI, Mulyadin Malik di Jakarta.
SULAWESI Tengah merupakan wilayah yang kaya akan potensi sumber daya alam, keberagaman budaya, dan nilai-nilai kearifan lokal yang dapat menjadi fondasi untuk pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan pembangunan yang holistik, diperlukan sinergi antar berbagai elemen masyarakat.
Lima pilar utama yang menjadi penopang pembangunan Sulawesi Tengah berbasis kearifan budaya lokal adalah pemerintah, komunitas masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan media.
1. Pemerintah: Penggerak Utama Pembangunan
Pemerintah memiliki peran strategis sebagai pengambil kebijakan dan pengelola pembangunan. Dalam konteks Sulawesi Tengah, pemerintah perlu memastikan bahwa kebijakan yang dibuat selaras dengan nilai-nilai kearifan lokal, seperti nilai gotong royong dan kebersamaan.
Misalnya, pengembangan pariwisata berbasis budaya lokal dapat menjadi prioritas, dengan melibatkan masyarakat adat sebagai bagian dari proses perencanaan dan pelaksanaan.
2. Komunitas Masyarakat: Pelestari Budaya Lokal
Komunitas masyarakat, terutama yang berbasis adat, memiliki tanggung jawab untuk melestarikan budaya lokal Sulawesi Tengah, seperti tarian tradisional, musik khas daerah, dan ritual adat.
Masyarakat dapat berperan sebagai pelaku aktif dalam pembangunan, dengan terus menjaga identitas budaya mereka sambil beradaptasi dengan perkembangan zaman. Pemberdayaan komunitas adat melalui program-program seperti pelatihan keterampilan berbasis budaya dapat menjadi langkah strategis untuk menciptakan kemandirian ekonomi.
3. Dunia Usaha: Mitra dalam Pengembangan Ekonomi
Sektor dunia usaha memegang peran penting dalam mendukung pembangunan daerah melalui investasi dan pengembangan ekonomi lokal. Dalam hal ini, dunia usaha diharapkan mengadopsi prinsip-prinsip tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) yang berbasis budaya lokal.
Contohnya, perusahaan yang beroperasi di Sulawesi Tengah dapat mendukung produk-produk lokal seperti kain tenun tradisional atau makanan khas daerah untuk dipasarkan ke pasar nasional dan internasional.
4. Akademisi: Sumber Ilmu Pengetahuan dan Inovasi
Peran akademisi dari perguruan tinggi di Sulawesi Tengah adalah memberikan solusi inovatif yang berbasis penelitian dan pengembangan lokal. Akademisi dapat mengkaji dan mendokumentasikan kearifan lokal Sulawesi Tengah, seperti pengelolaan lingkungan berbasis tradisional, untuk dijadikan panduan dalam pembangunan berkelanjutan.
Selain itu, kolaborasi antara akademisi dan komunitas masyarakat dapat menghasilkan program-program pendidikan berbasis budaya lokal.
5. Media: Penyebar Informasi dan Edukasi
Media memiliki kekuatan untuk membangun opini publik dan menyebarluaskan informasi tentang kearifan lokal serta potensi Sulawesi Tengah. Media lokal dapat memainkan peran penting dalam mempromosikan budaya Sulawesi Tengah, seperti mengangkat cerita tentang tradisi adat dan festival budaya daerah.
Dengan memanfaatkan platform digital, media juga dapat membantu memperkenalkan budaya Sulawesi Tengah ke dunia internasional.
Sinergi Antar Pilar untuk Pembangunan Berkelanjutan
Kelima pilar ini tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. Sinergi antar pemerintah, komunitas masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan media sangat diperlukan untuk menciptakan pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Dengan memanfaatkan kearifan budaya lokal sebagai fondasi, Sulawesi Tengah memiliki peluang besar untuk menjadi daerah yang maju tanpa kehilangan identitas budaya yang dimiliki.
Melalui kerjasama ini, Sulawesi Tengah dapat menjadi contoh sukses pembangunan berbasis budaya lokal yang berdaya saing dan tetap berakar pada tradisi leluhur.(*)