Wakil Ketua PWI Sulteng Fery eL Shirinja (Berdasi) bersama Tokoh Masyarakat Sulteng Suaib Djafar (Berkopiah).
MALIUNTINUVU Liuntinuvu adalah ungkapan yang berasal dari masyarakat Kaili, suku yang mendiami wilayah Sulawesi Tengah, khususnya daerah Palu dan sekitarnya. Ungkapan ini mengandung makna yang sangat mendalam dan penuh harapan, yang mencerminkan filosofi hidup masyarakat Kaili yang kaya akan kearifan lokal.
Dalam bahasa Kaili, “Maliuntinuvu” berarti sejahtera atau bahagia, sementara “Liuntinuvu” merupakan bentuk pengulangan yang menegaskan makna tersebut, sehingga maknanya lebih mendalam dan kuat—sejahtera dan bahagia dalam setiap aspek kehidupan.
Makna yang Luas dan Sarat Harapan
Secara harfiah, “Maliuntinuvu Liuntinuvu” bisa diterjemahkan sebagai “Semoga sejahtera dan bahagia.” Namun, dalam konteks budaya Kaili, ungkapan ini membawa makna yang jauh lebih luas. Masyarakat Kaili percaya bahwa kebahagiaan dan kesejahteraan bukan hanya mencakup aspek material, tetapi juga kesejahteraan spiritual, emosional, dan sosial.
Artinya, ungkapan ini tidak hanya berhubungan dengan keberhasilan duniawi, tetapi juga dengan kedamaian batin, hubungan yang harmonis dengan alam, dan kedekatan dengan Tuhan.
Sebagai Doa dan Harapan bagi Generasi Mendatang
Ungkapan ini juga sering digunakan sebagai doa dan harapan, terutama bagi anak-anak. Dalam budaya Kaili, orang tua dan masyarakat sering mengucapkan “Maliuntinuvu Liuntinuvu” kepada anak-anak atau generasi muda, sebagai bentuk doa agar mereka tumbuh menjadi pribadi yang sejahtera, bahagia, dan diberkahi dalam perjalanan hidup mereka.
Misalnya, “Maliuntinuvu Komiu Anak,” yang artinya “Semoga sejahtera dan bahagia Anaku,” adalah doa yang sering diucapkan orang tua kepada anak-anak mereka dengan penuh kasih sayang dan harapan agar anak-anak mereka tidak hanya sukses dalam kehidupan dunia, tetapi juga menemukan kedamaian dalam hati mereka.
Kearifan Lokal yang Mengajarkan Harmoni
Di balik ungkapan “Maliuntinuvu Liuntinuvu,” terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang mengajarkan pentingnya hidup dalam harmoni dengan alam dan sesama. Masyarakat Kaili sangat menghargai hubungan mereka dengan alam sekitar, serta kehidupan yang dilandasi oleh rasa saling menghormati dan menjaga keseimbangan.
Sejahtera dan bahagia, bagi mereka, bukan hanya soal pencapaian pribadi, tetapi juga bagaimana menciptakan kehidupan yang saling mendukung dan penuh kedamaian.
Kearifan dalam Kehidupan Sehari-hari
Masyarakat Kaili tidak hanya mengucapkan ungkapan ini dalam doa atau harapan, tetapi juga menjadikannya pedoman dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dalam interaksi sosial, mereka sering mengingatkan satu sama lain untuk tetap menjaga kebahagiaan dan kesejahteraan bersama, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun lingkungan.
Ungkapan “Maliuntinuvu Liuntinuvu” mengajarkan nilai gotong royong, di mana setiap individu berperan dalam menciptakan suasana hidup yang damai dan penuh kasih.
Penutup
“Maliuntinuvu Liuntinuvu” bukan sekadar kalimat yang diucapkan, tetapi merupakan ungkapan yang menggambarkan semangat hidup masyarakat Kaili—sebuah harapan yang besar untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan kedamaian bagi setiap individu dan komunitas.
Sebagai bagian dari kearifan budaya lokal, ungkapan ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga harmoni dalam hidup, baik dengan sesama manusia, alam, maupun Tuhan, serta selalu berdoa dan berharap yang terbaik untuk generasi mendatang.
Dalam dunia yang semakin modern ini, pesan dalam “Maliuntinuvu Liuntinuvu” tetap relevan, sebagai pengingat bahwa kebahagiaan sejati datang dari kedamaian batin dan kesejahteraan yang menyeluruh.(*)