Menghadapi Perubahan Kuliner Lokal di Sulawesi Tengah:

Menjaga dan Mengembangkan Warisan Kuliner Tradisional

Suaib Djafar bersama Siti Norma Mardjanu dalam kegiatan yang digelar oleh RRI Palu.

Ditulis Oleh:

Dr. H. Suaib Djafar, M.Si (Penulis Filosofi Kuliner Kaili)

KULINER tradisional Sulawesi Tengah (Sulteng) telah menjadi bagian dari identitas budaya masyarakat di provinsi Sulawesi Tengah ini. Dari sajian khas seperti Kaledo hingga jajanan pasar seperti kue tetu, paranggi, topu-topu, hingga cicuru, makanan ini tidak hanya menjadi penanda keberagaman kuliner lokal, tetapi juga sebagai bukti betapa kayanya tradisi kuliner yang harus dilestarikan.

Namun, seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup, kuliner tradisional Sulteng menghadapi tantangan berat, terutama dengan maraknya kuliner modern yang semakin digemari. Apa yang dapat dilakukan untuk melestarikan kuliner lokal ini? Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk menjaga dan mengembangkan warisan kuliner Sulteng.

1. Edukasi dan Sosialisasi tentang Kuliner Tradisional

Salah satu langkah pertama yang harus dilakukan adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga warisan kuliner lokal.

Pemerintah dan komunitas kuliner bisa bekerja sama untuk mengadakan festival kuliner lokal, memperkenalkan sejarah dan keunikan dari hidangan tradisional Sulteng. Ini dapat dilakukan di berbagai platform seperti media sosial, website kuliner, dan acara budaya.

Selain itu, pemahaman tentang manfaat dan keunikan bahan-bahan lokal yang digunakan dalam kuliner tradisional harus lebih sering diangkat. Dengan memanfaatkan teknologi dan media sosial, generasi muda bisa lebih mengenal kuliner Sulteng.

2. Mendigitalisasi dan Mempromosikan Kuliner Lokal

Di era digital saat ini, penting untuk mengadaptasi kuliner lokal dengan cara yang lebih modern. Makanan tradisional Sulteng seperti Kaledo, utadada, karoda uta, dan uta kelo bisa diperkenalkan dengan menggunakan media sosial, aplikasi pengantaran makanan, serta marketplace kuliner.

Para pengusaha kuliner lokal bisa bekerjasama dengan influencer atau food blogger untuk mengenalkan kuliner khas Sulteng ke pasar yang lebih luas, baik dalam maupun luar negeri.

Selain itu, platform seperti You Tube bisa dimanfaatkan untuk membuat video tutorial tentang cara memasak kuliner Sulteng atau mengenalkan jajanan pasar seperti topu-topu, cicuru, dan paranggi.

Ini tidak hanya meningkatkan visibilitas, tetapi juga menarik perhatian generasi muda yang lebih banyak menghabiskan waktu di dunia digital.

3. Inovasi dan Adaptasi Menu

Bukan berarti kuliner tradisional harus dilupakan, tetapi dengan adanya inovasi, kuliner tradisional bisa tetap relevan di tengah persaingan dengan kuliner modern. Misalnya, menu kaledo dan utadada bisa diberikan variasi dengan menggunakan bahan-bahan yang lebih sehat atau penyajian yang lebih menarik.

Penggunaan bahan lokal yang khas, seperti karoda uta dan kelo, bisa dipadukan dengan teknik modern, sehingga menarik minat konsumen dari kalangan milenial.

Contohnya, menjadikan paranggi sebagai cemilan kekinian dengan penyesuaian pada rasa atau tampilan yang lebih inovatif bisa menjadi strategi yang menarik. Jajanan pasar seperti topu-topu dan cicuru bisa disajikan dengan kemasan yang lebih modern, yang bisa membuatnya lebih digemari oleh konsumen zaman sekarang.

4. Melibatkan Generasi Muda dalam Pengolahan Kuliner Lokal

Generasi muda harus diberdayakan untuk menjadi penggerak dalam pengembangan kuliner lokal. Mereka bisa dilibatkan dalam pelatihan pembuatan kuliner tradisional, belajar tentang pentingnya bahan-bahan lokal, serta cara-cara memasarkan makanan tradisional di pasar yang lebih luas.

Dengan meningkatkan keterlibatan mereka, diharapkan ada regenerasi dalam melestarikan kuliner tradisional Sulteng.

Program pendidikan kuliner yang menyasar sekolah atau komunitas kuliner juga bisa menjadi sarana yang efektif untuk memperkenalkan makanan khas daerah kepada anak-anak muda.

5. Menjaga Kualitas dan Kearifan Lokal dalam Penyajian

Tidak hanya tentang pemasaran dan inovasi, menjaga kualitas dan keaslian dari kuliner tradisional itu sendiri adalah hal yang tak kalah penting.

Untuk menjaga agar kuliner lokal tidak tergerus, para pengusaha kuliner perlu memberikan perhatian terhadap kualitas makanan lokal tersebut. Bahkan cara penyajiannya pun disesuaikan dengan kearifan lokal.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *