Dr. H. Suaib Djafar, M.Si
UNGKAPAN bijak dari masyarakat Kaili, “Nasusampu Anetonanasombo Nirasaina Iamo Nakana, Nabelo Pade Tonantanina Nabahayampu Ane Ia mbarasai Nabelontoto Sampe Domonitora Novia Belo Kaeonggapurina Damo Nangatanyawa pade Nanjosorara”, memiliki makna yang mendalam tentang kehidupan, introspeksi, dan kerendahan hati.
Ungkapan ini mengandung pesan penting: “Susah benar orang sombong merasa benar dan paling baik daripada orang lain. Bahaya sekali kalau orang merasa terbaik lantas lupa membenahi diri sampai mendekat akhir hayatnya.”
Makna dan Pesan Utama
Ungkapan ini mengingatkan kita akan bahayanya kesombongan dan perasaan lebih baik daripada orang lain. Sombong adalah sikap yang seringkali membuat seseorang lupa untuk melihat ke dalam dirinya sendiri, mengevaluasi kekurangan, dan belajar dari kesalahan. Ketika seseorang terlalu sibuk merasa dirinya benar, ia cenderung menutup pintu terhadap kritik, nasihat, dan introspeksi.
Bahaya dari kesombongan ini tidak hanya merugikan hubungan dengan orang lain, tetapi juga berdampak buruk pada perkembangan pribadi. Lebih parahnya, jika sikap sombong ini terus dibawa hingga akhir hayat, maka seseorang bisa kehilangan kesempatan untuk memperbaiki diri, menjalani hidup dengan bijaksana, dan meninggalkan jejak baik bagi dunia.
Refleksi dan Pembelajaran
Pesan ini mendorong kita untuk:
1. Selalu Rendah Hati
Hidup dalam kesederhanaan dan kerendahan hati adalah kunci untuk diterima oleh orang lain dan memahami makna kehidupan.
2. Mengutamakan Introspeksi
Daripada berfokus pada kekurangan orang lain, lebih baik mengarahkan perhatian pada diri sendiri—memperbaiki kelemahan dan terus belajar menjadi lebih baik.
3. Menyadari Keterbatasan Manusia
Tidak ada manusia yang sempurna. Merasa paling benar atau paling baik hanya akan membawa kita pada kehancuran moral dan spiritual.
4. Menjaga Hubungan dengan Orang Lain
Kesombongan dapat merusak hubungan dengan sesama. Sebaliknya, sikap rendah hati menciptakan harmoni dan kebersamaan dalam masyarakat.
Relevansi dalam Kehidupan Modern
Dalam era modern yang sering kali menonjolkan kompetisi dan pencapaian, ungkapan bijak ini relevan sebagai pengingat bahwa kesuksesan sejati tidak hanya diukur dari materi atau prestasi, tetapi juga dari sikap dan perilaku kita terhadap orang lain. Dunia yang penuh tekanan ini membutuhkan lebih banyak individu yang rendah hati, mau mendengarkan, dan tidak segan memperbaiki diri.
Penutup
Ungkapan dari masyarakat Kaili ini adalah warisan budaya yang penuh nilai. Sebuah peringatan bagi kita semua untuk menjauhi kesombongan, menjaga hubungan baik dengan sesama, dan terus berupaya menjadi pribadi yang lebih baik. Sebab, pada akhirnya, hidup yang bermakna adalah hidup yang dipenuhi dengan kebaikan, introspeksi, dan penghormatan terhadap orang lain.(*)