Pasangkayu, Manakarra Pos – Nama lengkapnya Wiyardam Mustafa, lahir di Mamuju pada 10 April 1955. Lebih dikenal dengan nama Uwe Dadang, ia adalah seorang jurnalis veteran dengan karir panjang yang dimulai sejak 1995 dan terus berlanjut hingga kini.
Nama Uwe Dadang mungkin terdengar asing di kalangan masyarakat Kabupaten Pasangkayu, namun di antara rekan-rekan se profesi, ia dikenal sebagai seorang jurnalis yang berdedikasi tinggi.
Uwe Dadang memulai karirnya di koran besar Sulawesi Selatan, Fajar Grup, pada tahun 1995. Di sana, ia bekerja hingga 2008 sebelum memutuskan pindah ke Pedoman Rakyat dan merantau ke Pasangkayu pada tahun 2009.
Salah satu pengalaman liputan yang paling berkesan bagi Uwe Dadang terjadi pada tahun 1997, ketika ia meliput pembunuhan seorang Kapolsek di Mamuju.
“Saya masih ingat, liputan saya waktu itu adalah liputan pembunuhan Kapolsek di Mamuju. Liputan itu yang saya ingat sampai saat ini,” ujarnya mengenang.
Selama 29 tahun berkarir di dunia jurnalisme, Uwe Dadang memiliki segudang pengalaman. Ia adalah seorang tokoh jurnalis yang kerap menghadiri Hari Pers Nasional (HPN).
“Saya sudah tiga kali menghadiri HPN dan cukup banyak pengalaman ketemu jurnalis dari daerah lain,” ungkap Uwe.
Meskipun usianya sudah 69 tahun, Uwe Dadang belum memiliki niat untuk pensiun.
“Selama masih kuat, saya tetap akan jalan dengan profesi yang mulia ini,” ucapnya.
Saat ini, ia menjabat sebagai Kepala Biro Lentera Sulawesi dan berpesan kepada generasi muda agar menjalani profesi jurnalisme dengan baik.
“Alhamdulillah kader-kader saya sudah banyak. Ada di Pasangkayu dan di Mamuju Tengah. Saya selalu berpesan kepada mereka agar menjaga marwah jurnalis dengan kerja-kerja profesional,” terangnya.
Uwe Dadang, dengan pengalaman dan dedikasinya, menjadi sosok yang dihormati dalam dunia jurnalisme, membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk tetap berkontribusi dalam profesi yang dicintainya.
Penulis : Egi Sugianto