Cerita Wartawan Pasangkayu di Tanah Melayu (Bagian 2)

Oleh : Egi Sugianto

Pekanbaru Riau, Manakarra Pos – “Encik-encik, Tuan-Tuan, Puan-Puan… Selamat datang di tanah Melayu, Bumi Lancang Kuning.”

Kalimat itu menyambut setiap tamu yang melangkah ke arena Hari Pers Nasional (HPN) 2025 di Pekanbaru, Provinsi Riau.

Udara pagi itu, masih sejuk, tepat pukul 07.00 suasana di pusat kegiatan sudah penuh semangat.

Dimulai dari sarapan pagi bersama, begitu jelas senyuman ramah panitia melayani jurnalis dari seluruh penjuru.

Rombongan PWI Sulawesi Barat (Sulbar) bersaksi panitia HPN di Pekan Baru berkerja dengan baik.

Kebanggaan, mendapat penyambutan panitia bukan hanya karena semangat jurnalistik, tetapi juga karena perjalanan ini adalah lebih dari sekadar menghadiri sebuah perhelatan akbar bagi wartawan.

Ini adalah perjalanan menghubungkan asa, merajut cerita, dan mengukuhkan integritas profesi.

Sehari sebelumnya, Sabtu, 8 Februari 2025, rombongan PWI Pasangkayu, baru dapat bergabung ke acara kegiatan.

Perjalanan panjang dari Sulawesi ke Riau terasa melelahkan, tetapi semangat tetap membara.

Saat tiba, PWI Sulbar diarahkan ke Mutiara Merdeka Hotel, sebuah penginapan penuh sejarah yang menjadi saksi bisu pertemuan insan pers dari seluruh Indonesia.

Di lantai tiga, kamar 316, 318, dan 319 menjadi tempat istirahat.

Selama di Hotel ini, bukan kenyamanan kamar yang utama, melainkan momen-momen berharga yang akan mereka ukir selama HPN.

Dipimpin oleh Juhaenis (Pimpinan Redaksi Trans89.com), rombongan ini terdiri dari Andi Safrin Mahyudin (Kepala Biro SulbarEkspres), Aspar (Pimpinan Redaksi Suara Matra), dan Egi Sugianto (Pimpinan Redaksi Manakarra Pos).

Berempat dari Kabupaten Pasangkayu, ini bukan sekadar cerita rekan kerja, tetapi saudara dalam pena dan tinta.

Kepala Bidang Sarana Komunikasi dan Destinasi, Kominfopers Pasangkayu, Makmur SIP, yang ikut mewakili Kepala Dinas Kominfopers Pasangkayu, Dr Badaruddin, SPd MPd, sekaligus  membawa amanah dari Bupati Pasangkayu, H. Yaumil Ambo Djiwa.

 

HPN bukan hanya perayaan. Ini adalah ruang diskusi, refleksi, dan perjuangan.

Di antara meriahnya acara, ada obrolan-obrolan yang membahas masa depan pers, tantangan di era digital, dan harapan akan independensi jurnalisme yang semakin kokoh.

Beberapa agenda utama yang mereka hadiri di antaranya, Sarasehan Nasional Media Massa dengan tema Preservasi Jurnalisme dan Media Sustainability Pasca-Publisher Right.

Seminar Nasional tentang Perpres Nomor 5 Tahun 2025 dan Optimalisasi Industri Kehutanan serta Industri Kelapa Sawit Berkelanjutan, menghadirkan narasumber dari Astra Agro Lestari.

Pagelaran Kebudayaan dan Musik Melayu, yang menyatukan para insan pers dengan kearifan lokal.

Pameran Foto Jurnalistik, yang memotret realitas sosial dengan cara yang lebih dari sekadar kata-kata.

Di antara semua itu, ada momen-momen kecil yang justru begitu besar maknanya.

Di sana, terlihat ada seorang jurnalis muda terdiam lama di depan sebuah foto di pameran jurnalistik, memperhatikan wajah-wajah penuh cerita.

Lain halnya dengan wartawan senior, yang terlihat dari  tertawa kecil sambil menunjuk salah satu foto.

Di sela-sela acara, Andi Safrin, salah satu anggota rombongan PWI Sulbar, mengungkapkan perasaannya.

“Di sini bukan hanya tempat kita memperbarui pengetahuan jurnalistik, tetapi juga membangun koneksi. Karena sejatinya, pers adalah jembatan antara manusia dan kebenaran.” ujarnya berdiskusi.

HPN 2025 mengusung tema: “Pers Berintegritas Menuju Indonesia Emas”.

Ini bukan sekadar slogan, tetapi sebuah janji yang harus dipegang teguh oleh setiap jurnalis.

M. Martehen Selamet Susanto, Ketua Panitia HPN 2025, menegaskan bahwa acara ini bukan hanya ajang seremonial, tetapi momentum untuk memperkuat pers sebagai pilar demokrasi.

Hari menjelang sore, ketika lampu-lampu kota mulai menyala dan langit  Pekanbaru bersiap menyambut malam jurnalis dari Sulbar membuat forum diskusi kecil.

Dari diskusi itu, lahir kesepakatan.

Rombongan PWI Sulbar sepakat keliling kota di malam hari menikmati pemandangan kota.

Kami dalam satu rombongan tahu, kami tidak ingin pulang dengan tangan kosong.

Ada cerita, wawasan, keinginan di masa mendatang untuk terus menulis, terus mengabarkan, dan terus menjaga integritas profesi.

Karena itu, di sinilah. Di HPN, PWI Pasangkayu dari Sulbar belajar lagi, bahwa menjadi jurnalis bukan hanya soal menulis berita, tetapi tentang menjaga nurani, melawan lupa, dan merawat kebenaran. (Bersambung)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *