Pasangkayu, Manakarra Pos – Di tengah malam sunyi, di Jalan Andi Depu, tepatnya di samping Wisma Riwis II, nasi kuning begadang milik Suhend menjadi buruan pencinta kuliner di Kota Pasangkayu, Sulawesi Barat.
Usaha yang dirintis Hendrik (44) dan istrinya, Suhesti (39), ini menjadi pelopor nasi kuning begadang pertama di Pasangkayu.
Kisah inspiratif mereka dimulai pada tahun 2011, saat Hendrik terinspirasi oleh penjual nasi kuning begadang di Palu, Sulawesi Tengah.
Tak lama kemudian, ia dan istrinya memutuskan untuk membawa ide tersebut ke Pasangkayu, meski sempat mendapat ejekan dan tanggapan negatif dari masyarakat yang hanya mengenal nasi kuning sebagai makanan pagi.
“Orang-orang menertawakan kami, bertanya mengapa jualan nasi kuning malam-malam. Tapi kami terus maju,” kenang Hendrik saat ditemui di sekitar Tugu Sawit Pasangkayu, Selasa (24/9/2024).
Berawal dari modal 5 kilogram beras, Hendrik dan Suhesti memadukan resep keluarga turun-temurun untuk menciptakan nasi kuning yang khas.
Berkat ketekunan dan konsistensi dalam menjaga cita rasa, usaha mereka kini sukses meraup omzet hingga Rp 2,8 juta per hari, dengan produksi harian mencapai 30 liter beras.
Selain itu, Hendrik dan Suhesti kini telah memperkerjakan empat orang warga setempat dengan upah yang bervariasi.
Hendrik berharap kelak ia bisa memberangkatkan istrinya menunaikan ibadah haji, impian yang terus mereka usahakan lewat kesuksesan usaha nasi kuning begadang mereka.
Arif, seorang warga yang tinggal di sekitar Tugu Sawit Pasangkayu mengenang bagaimana di awal usaha, Hendrik dan Suhesti berjualan nasi kuning dengan berkeliling menggunakan motor.
“Dulu mereka keliling pakai motor, rasanya memang enak sekali,” ujarnya.
Kini, nasi kuning Suhend tetap menjadi pilihan warga dengan harga terjangkau, hanya Rp 10.000 per bungkus, mempertahankan popularitasnya meskipun menghadapi tantangan naiknya harga bahan baku.
Penulis : Egi Sugianto