Dekei Belo Ka Pekiri Rikataua

Oleh: Dr. H. Suaib Djafar, M.Si / Filsuf Kaili / Budayawan Sulteng

Dekei Belo Ka Pekiri Rikataua – Dekeika Tuturabelo Nuapa Niulita Mompakasana Rarata ante Tona Nangepena

DALAM kehidupan masyarakat Kaili di Sulawesi Tengah, kearifan lokal bukan hanya warisan leluhur, melainkan juga panduan hidup yang sarat makna dan nilai-nilai luhur. Salah satu ungkapan bijak yang mencerminkan kedalaman filosofi hidup masyarakat ini adalah:

“Dekei Belo Ka Pekiri Rikataua”
(Berikan pikiran kebaikan berupa pengetahuan) dan “Dekeika Tuturabelo Nuapa Niulita Mompakasana Rarata ante Tona Nangepena” (Ungkapan tutur yang baik menjadi kenyamanan kita dan membangun hubungan baik dengan orang lain.)

Makna Filosofis

Ungkapan ini mengandung dua pilar penting dalam relasi antarmanusia: pemberian ilmu yang bernilai dan bahasa tutur yang menyejukkan. Dalam falsafah masyarakat Kaili, pikiran yang jernih dan perkataan yang santun adalah bentuk tertinggi dari kebaikan. Memberikan pengetahuan bukan sekadar mengajar, melainkan berbagi cahaya untuk menerangi jalan hidup sesama.

Sebagaimana air jernih yang mengalir tanpa pamrih, begitulah seharusnya pikiran dan ilmu yang diberikan. Tidak untuk disombongkan, tetapi untuk mencerdaskan dan memuliakan orang lain. “Rikataua” menekankan bahwa pengetahuan adalah alat untuk membangun martabat dan kemajuan bersama.

Sementara itu, “Tuturabelo” menunjukkan pentingnya tutur kata yang baik. Kata-kata yang lembut, menghargai, dan menyejukkan hati ibarat angin sepoi yang menenangkan jiwa. Dalam budaya Kaili, berkata baik bukan hanya soal etika, tetapi juga wujud rasa hormat kepada Tuhan, sesama manusia, dan alam.

Nilai Sosial dan Kultural

Ungkapan ini menanamkan nilai bahwa: Ilmu adalah warisan terbaik. Memberi ilmu kepada orang lain akan terus mengalir pahalanya, bahkan setelah kita tiada.

Bahasa adalah cermin hati. Perkataan yang santun membawa kedamaian, menghindari konflik, dan mempererat tali persaudaraan.

Kebaikan lahir dari dalam diri. Pikiran dan kata adalah cerminan batin yang bening dan hati yang ikhlas.

Relevansi dalam Kehidupan Modern

Di tengah arus zaman yang penuh tantangan, masyarakat sering terjebak dalam komunikasi yang kasar dan pertukaran informasi yang dangkal. Ungkapan ini mengingatkan kita untuk kembali ke akar budaya, menjaga kesantunan dan memperkaya sesama dengan pengetahuan yang membangun.

Dalam dunia pendidikan, media sosial, hingga ruang-ruang komunitas, semangat “Dekei Belo Ka Pekiri Rikataua” dan “Tuturabelo” perlu dihidupkan. Agar setiap orang menjadi pelita bagi yang lain, dan tutur katanya menjadi peneduh dalam keragaman.

Penutup

Ungkapan ini bukan hanya nasihat, tetapi warisan spiritual dan budaya yang layak diwariskan kepada generasi muda. Ia mengajarkan bahwa pikiran yang baik dan kata yang bijak adalah bekal utama membangun peradaban yang manusiawi dan penuh cinta kasih. Kanamosipeili Mabeloada, Maramba posampesuvuta Mosimpoasi. Nadea belona.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *