Nemo Menonto Moviabelo Hanya Karena Lenihargai

Oleh: Dr. H. Suaib Djafar, M.Si / Filsuf Kaili / Budayawan Sulteng

Nemo Menonto Moviabelo Hanya Karena Lenihargai: Ungkapan kearifan lokal masyarakat Kaili sebagai spirit kebaikan tanpa pamrih.

Pendahuluan

Dalam kehidupan sosial masyarakat Kaili, banyak ungkapan adat yang sarat dengan pesan moral dan etika. Salah satunya adalah “Nemo Menonto Moviabelo Hanya Karena Lenihargai“, yang secara harfiah berarti “Jangan berhenti berbuat baik hanya karena kebaikanmu tidak dihargai“. Ungkapan ini mencerminkan filosofi ketulusan hati yang tidak menggantungkan motivasi kebaikan pada pujian atau pengakuan orang lain.

Kearifan lokal ini sangat relevan di era sekarang, di mana tindakan baik seringkali diukur dari respons sosial, popularitas, atau penghargaan. Nilai yang terkandung di dalamnya mengingatkan bahwa esensi kebaikan adalah ketulusan, bukan transaksional.

Makna Filosofis Ungkapan

1. Nemo Menonto (Jangan Berhenti). Mengajarkan konsistensi dan keteguhan hati dalam berbuat baik, meskipun situasi dan respons orang lain tidak selalu positif.

2. Moviabelo (Berbuat Baik). Dalam tradisi Kaili, kabeloa (kebaikan) tidak hanya mencakup bantuan materi, tetapi juga sikap sopan santun, menghormati orang lain, dan menjaga harmoni sosial.

3. Hanya Karena Lenihargai (Tidak Dihargai). Bagian ini mengandung pesan bahwa kebaikan yang tulus tidak boleh terhenti hanya karena kurangnya apresiasi. Nilai ini selaras dengan prinsip “netambani“, yaitu memberi tanpa mengharap balasan.

Relevansi dalam Kearifan Lokal dan Kehidupan Modern

Filosofi ini bersumber dari pandangan hidup masyarakat Kaili yang memandang kebaikan sebagai bagian dari identitas moral, bukan sebagai alat untuk memperoleh keuntungan.

Dalam konteks modern, pesan ini menjadi kritik terhadap budaya pencitraan dan motivasi eksternal yang mendominasi media sosial, di mana tindakan baik sering dilakukan demi validasi publik.

Dalam bingkai adat Kaili, kebaikan adalah warisan sosial yang harus dijaga meskipun tidak selalu mendapat pengakuan. Prinsip ini sejalan dengan nilai religius (Maroso Agama) dan nilai adat (Maroso Ada) yang menjadikan ketulusan sebagai puncak akhlak mulia.

Kaitannya dengan Pembangunan Karakter Bangsa

Ungkapan ini memiliki makna strategis bagi pendidikan karakter bangsa, karena menumbuhkan resiliensi moral, mampu tetap berbuat baik walau tanpa dukungan eksternal. Memupuk keikhlasan sosial, menghindarkan kebaikan dari motif transaksional. Dan Menguatkan modal sosial, membangun kepercayaan di tengah masyarakat.

Kesimpulan

Ungkapan “Nemo Menonto Moviabelo Hanya Karena Lenihargai” adalah refleksi kearifan lokal masyarakat Kaili yang mengajarkan ketulusan, konsistensi, dan keteguhan hati dalam berbuat baik. Nilai ini relevan untuk diterapkan di semua lini kehidupan, dari keluarga, masyarakat, hingga pemerintahan.

Di tengah arus globalisasi, pesan ini menjadi pengingat bahwa kemuliaan sejati terletak pada kebaikan yang tidak terhenti, meski dunia tidak selalu memberi penghargaan.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *