MASYARAKAT Kaili di Sulawesi Tengah memiliki banyak ungkapan bijak yang lahir dari pengalaman hidup, nilai gotong royong, serta filosofi kebersamaan yang mengakar kuat dalam kehidupan sosial mereka. Salah satu ungkapan yang sarat makna adalah “Nyamanurara nirasai ane kita nosinggani”, yang berarti “Bahagia itu terasa bila kita saling bersama.”
Ungkapan ini tidak sekadar kata-kata indah, tetapi merupakan refleksi dari pandangan hidup orang Kaili yang menempatkan kebersamaan sebagai sumber ketenangan dan kebahagiaan sejati. Dalam pandangan mereka, hidup tidak akan bermakna bila dijalani seorang diri. Hanya dengan kebersamaan, manusia dapat menghadapi suka dan duka dengan hati yang lapang.
Makna Filosofis Kebersamaan
Dalam konteks budaya Kaili, kebersamaan (Norambanga Nosinggani), bukan hanya tentang berkumpul, tetapi tentang rasa saling memahami, tolong-menolong, dan berbagi. Setiap kegiatan adat, seperti gotong royong (Nolunu), pesta panen (novunja), hingga ritual keagamaan dan keluarga, selalu dijalankan dengan semangat bersama.
Filosofi ini mengajarkan bahwa kebahagiaan bukan milik pribadi, melainkan tumbuh ketika dirasakan bersama orang lain — keluarga, tetangga, dan masyarakat. Ketika satu orang bahagia, kebahagiaan itu menular; ketika satu orang berduka, yang lain datang menguatkan.
Itulah sebabnya dalam tradisi Kaili, seseorang yang hidup tanpa berinteraksi atau menutup diri dari komunitas dianggap “kurang seimbang”. Nilai sosial dan spiritual mereka berpijak pada kesadaran bahwa manusia adalah makhluk yang saling membutuhkan.
Relevansi di Era Modern
Ungkapan Nyamanurara nirasai ane kita nosinggani juga menjadi pesan moral yang relevan di tengah kehidupan modern yang cenderung individualistik. Di zaman di mana teknologi membuat manusia mudah berkomunikasi namun sering jauh secara emosional, pesan ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan sejati lahir dari hubungan yang hangat dan nyata — bukan dari kesuksesan pribadi semata.
Kearifan lokal ini mendorong setiap orang untuk memelihara solidaritas sosial, baik dalam lingkungan keluarga, pekerjaan, maupun komunitas. Dalam bingkai masyarakat modern, semangat nosinggani dapat diwujudkan lewat kepedulian sosial, kolaborasi, dan kerja bersama membangun kesejahteraan bersama.
Penutup
Ungkapan bijak “Nyamanurara nirasai ane kita nosinggani” mencerminkan jati diri masyarakat Kaili yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan, kasih sayang, dan harmoni sosial. Dari ungkapan sederhana ini, tersimpan pesan universal: kebahagiaan bukan hanya tentang apa yang kita miliki, tetapi dengan siapa kita berbagi.
Melalui pemaknaan kembali terhadap kearifan lokal seperti ini, kita dapat belajar bahwa budaya bukan sekadar warisan, tetapi juga panduan hidup yang menuntun manusia menuju keseimbangan, ketulusan, dan kebahagiaan sejati.(*)