“Kana Ratanggode Walau Domonitorana (Tetap Menyapa walau telah dilupakan)”.
“Itomoitu Niulika kakanana Toposabara (Itulah sesungguhnya makna kesabaran)”
By: Dr. H. Suaib Djafar
MASYARAKAT Kaili, salah satu etnis utama di Sulawesi Tengah, memiliki banyak ungkapan bijak yang mencerminkan nilai-nilai luhur warisan leluhur. Ungkapan-ungkapan ini tidak sekadar kata-kata, melainkan petuah hidup yang diwariskan dari generasi ke generasi sebagai bagian dari kearifan lokal yang membentuk cara pandang dan sikap hidup masyarakatnya.
Salah satu ungkapan yang sarat makna adalah: “Kana Ratanggode Walau Domonitorana – Tetap Menyapa walau telah dilupakan.” Ungkapan ini mengandung ajaran luhur tentang keikhlasan dan ketulusan hati. Dalam dunia yang sering kali mengedepankan timbal balik dan kepentingan pribadi, ajaran ini mengajak seseorang untuk tetap menghargai dan menyapa orang lain, meskipun dirinya telah diabaikan, dilupakan, atau bahkan disakiti. Sikap ini mencerminkan kematangan emosional dan kemuliaan hati.
Ungkapan ini kemudian diikuti oleh:
“Itomoitu Niulika kakanana Toposabara – Itulah sesungguhnya makna kesabaran.” Pesan ini mempertegas bahwa kesabaran bukan hanya sekadar menahan marah atau menunggu, tetapi kesabaran sejati adalah tetap bersikap baik kepada orang lain meskipun tidak mendapatkan balasan yang sama. Sabar bukan berarti pasrah, tapi tetap memelihara kebaikan hati walau dalam keadaan tidak menyenangkan.
Refleksi Nilai Kemanusiaan dan Relasi Sosial
Ungkapan ini menggambarkan betapa masyarakat Kaili menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam hubungan sosial. Ia menanamkan prinsip bahwa hubungan antar manusia seharusnya tidak bersyarat—kebaikan tetap diberikan tanpa harus menuntut imbalan. Inilah wujud toposabara (kesabaran), yang tidak hanya diam dan menahan, tetapi aktif dalam menunjukkan kasih sayang dan penghormatan kepada sesama.Nosimpoasi
Dalam konteks kehidupan modern yang cenderung individualistik, nilai-nilai ini menjadi sangat relevan dan penting. Ia mengajarkan bahwa kesabaran bukan kelemahan, tetapi kekuatan batin yang melahirkan kedamaian dan mempererat hubungan sosial.
Menjaga Warisan, Menanam Nilai
Ungkapan ini merupakan bagian dari kekayaan budaya Kaili yang perlu terus dijaga dan diwariskan. Ia bukan sekadar bahasa, tetapi nilai kehidupan. Di tengah arus perubahan zaman, kearifan lokal seperti ini menjadi jangkar moral dan pedoman etika bagi generasi muda.
Melalui ungkapan ini, leluhur masyarakat Kaili seolah berbisik:
“Jadilah orang yang tetap ramah walau dilupakan, tetap sabar walau tak dihargai. Di situlah letak keagungan jiwamu.(*)