Dr. H. Suaib Djafar, M.Si
DALAM kehidupan masyarakat Kaili, kearifan lokal telah menjadi pedoman dalam membentuk karakter dan budi pekerti generasi muda. Salah satu ajaran luhur yang diwariskan secara turun-temurun adalah pentingnya menghormati dan menyayangi orang tua.
Ungkapan seperti “Potove Tina Tomamu” (Sayangi Ibu Bapakmu) dan “Nemo ranga Muuli Ledo Ntetinamu” (Jangan katakan tidak dengan Ibumu) mengandung pesan moral yang mendalam tentang bakti kepada orang tua sebagai bentuk penghormatan dan rasa terima kasih atas kasih sayang serta pengorbanan mereka.
Orang Tua sebagai Sumber Kehidupan dan Kasih Sayang: Orang tua, terutama ibu, memiliki peran yang tak tergantikan dalam kehidupan setiap anak. Sebagaimana dalam ungkapan “Totua Mbaote kita sampe nabose” (Ibu yang melahirkan dan memelihara kita hingga dewasa), kita diajarkan untuk memahami bahwa kehidupan yang kita jalani saat ini tidak lepas dari perjuangan dan kasih sayang seorang ibu serta peran seorang ayah yang bekerja keras demi keluarganya. Oleh karena itu, menyayangi dan menghormati mereka bukan hanya kewajiban moral, tetapi juga bentuk balas budi atas jasa-jasanya.
Menjaga Perasaan Orang Tua: Dalam budaya Kaili, anak-anak diajarkan untuk tidak menyakiti hati orang tua baik melalui perkataan maupun perbuatan. Ungkapan “Potove geira nemovia gau” (Sayangi mereka, Bapak Ibumu, jangan buat ulah) mengingatkan bahwa sikap dan perilaku seorang anak seharusnya mencerminkan rasa hormat dan kepatuhan. Tidak hanya dalam hal membantu pekerjaan rumah atau memenuhi harapan mereka, tetapi juga dalam menjaga ucapan agar tidak menyinggung atau menyakiti hati orang tua. Ketika seorang anak berperilaku baik, orang tua akan merasa senang dan bangga. Sebaliknya, jika seorang anak sering melawan dan berbuat ulah, orang tua akan merasa kecewa dan sedih. Hal ini sejalan dengan pepatah “Ala Tina Tomamu ledomarau” (Agar Ibu dan Bapak senang dan tidak membuat marah mereka). Kebahagiaan orang tua adalah salah satu berkah terbesar dalam hidup, dan anak-anak yang berbakti akan mendapatkan keberkahan dalam kehidupannya.
Menjaga Warisan Nilai-Nilai Luhur: Di tengah arus modernisasi dan perubahan zaman, nilai-nilai kearifan budaya lokal seperti ini harus tetap dijaga. Ajaran untuk menghormati orang tua tidak boleh luntur oleh pengaruh budaya luar yang cenderung menekankan individualisme. Generasi muda harus terus menjadikan nilai-nilai ini sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari agar tetap memiliki karakter yang kuat dan berbudi luhur.
Kesimpulan: Pesan moral dalam budaya Kaili mengajarkan bahwa orang tua adalah sosok yang harus dihormati dan disayangi dengan sepenuh hati. Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai seperti “Potove Tina Tomamu”, “Nemo ranga Muuli Ledo Ntetinamu“, serta “Ala Tina Tomamu ledomarau”, kita tidak hanya menjaga keharmonisan dalam keluarga, tetapi juga melestarikan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh leluhur. Semoga generasi muda dapat terus menjunjung tinggi ajaran ini, sehingga masyarakat Kaili tetap dikenal sebagai komunitas yang menjunjung tinggi rasa hormat dan kasih sayang terhadap orang tua.(*)